Duhai Wanita (Kedudukan Wanita)
Sungguh bila kita cermati dari peradaban ke peradaban,
kedudukan wanita sebelum islam datang berada di titik nadir, yaitu titik
terendah yang paling menyedihkan. Wanita dipandang sebagai sumber penyakit,
sumber kesialan, pintu jahanam, diperlakukan tidak adil. Sungguh nestapa wanita
pada saat itu.
Alangkah berbahagianya kita, hidup di zaman dimana islam
sudah ada. Yang mana aturan-aturan telah ditegakkan untuk kemaslahatan bersama.
Aturan-aturan yang telah diterangkan al-qur’an dan hadits itu semata-mata untuk
kemaslahatan bersama bukan sebuah bentuk pengekangan.
Semua aturan Allah itu adil, baik yang meliputi hak waris
juga. Kenapa wanita mendapat setengah bagian dari laki-laki? itu juga karena
ada alasannya. Hidup wanita itu ditanggung, baik sebelum menikah atapun sesudah
menikah. Ketika belum menikah, ditanggung oleh kedua orang tuannya, setelah
menikah ditangggung oleh suaminya. Itulah
sebabnya, Allah memberlakukan setengah bagian untuk wanita. Laki-laki mendapat
satu bagian, sebab dia punya tanggungan; istrinya, anaknya. Sungguh adil aturan
Allah itu. Kita sebagai wanita, jangan serakah.
Aturan wanita untuk menutup seluruh tubuhnya dengan balutan
pakaian yang dikenal hijab itu semata-mata untuk kemaslahan kita juga. Itulah
bentuk kasih sayang Allah kepada kita, kaum wanita. Allah ingin menjaga kita,
melindungi kita dari orang-orang yang jahat yang akan mencelakakan kita. Namun
semakin hari, kaum wanita semakin meremehkan aturan Allah. Astagfirullah.
Tengoklah kebelakang kita, wanita yang berada di zaman sebelum islam datang.
Sungguh nestapa hidup mereka pada saat itu.
Kalian tahu bangsa Yunani, bangsa yang dikenal mempunyai
peradaban dan kebudayaan yang tinggi Namun bila kita cermati, wanita dalam
masyarakat Yunani berada di puncak kemerosotan dalam segala aspek kehidupan.
Wanita dalam pandangan bangsa Yunani dianggap sebagai sumber segala penyakit
dan bencana dan mereka dianggap sebagai makhuk yang paling rendah. Sampai-sampai
kaum laki-laki pada saat itu tidak mau berada satu meja bersama kaum wanita. Kaum
wanita tak ubahnya budak dan pelayan semata. Yang anehnya, wanita pelacur dan
pezina pada saat itu dianggap memiliki kedudukan yang tinggi. Sehingga para
pemimpin Yunani saat itu ramai-ramai mendatangi dan mendekati mereka. Bahkan
mereka sampai merekayasa cerita-cerita yang bernuanasa seksual.
Diantaranya adalah mereka menganggap bahwa dewa Kupid adalah
dewa asmara. Menurut mereka, Kupid adalah hasil hubungan gelap antara Avrodet,
Avrodet menjalin hubungan gelap dengan tiga tuhan, padahal ia adalah istri dari
salah satu Tuhan. Selanjutnya Avrodet menjalin hubungan gelap dengan seorang laki-laki
dari golongan manusia. Dari hubungan gelap inilah, Kupid sang dewa asmara
lahir.
Berangkat dari cerita-cerita rekayasa inilah, akhirnya
masyarakat Yunani tidak lagi peduli dan menghormati norma pernikahan, karena
wanita menurut pandangan mereka hanyalah komoditas yang tidak berharga dan bisa
dikuasai oleh siapapun. (sumber:
wanitateladani karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Masthafa abu Nashr
asy-syilbi)
Itu baru menjelaskan bagaimana kedudukan wanita di mata perabadan
bangsa Yunani saat itu. Belum lagi dengan peradaban bangsa Romawi yang sangat menzalimi,
mengucilkan dan menindas kaum wanita. Bahkan sampai terkenal syair yang
berbunyi “ Belenggu wanita tidak bisa dicabut dan kebebasan mereka tidak bisa
dilepas” kaum wanita hanya dianggap sebagai pemuas nafsu syahwat laki-laki
saja. Akibat kemesuman yang merajalela, sampai-sampai panggung teaterpun
mengalami perubahan dengan menampilkan kontes wanita telanjang yang na’udzubillahnya
masih ada sampai saat ini. Dikalangan mereka juga tedapat tradisi mandi bersama
antara kaum laki-laki dan wanita di tempat umum yang dapat disaksikan oleh
orang banyak. astagfirullah
Sementara di peradaban Persia, hak-hak wanita tertindas.
Mereka memberlakukan hukum-hukum yang berat bagi wanita, sekalipun hanya untuk
kesalahan kecil, sedangkan di lain pihak kaum laki-laki memiliki kebebasan yang
tanpa batas. Dalam pandangan bangsa
Persia kala itu, hukuman hanya berlaku bagi wanita. Bahkan apabila seorang
wanita mengulangi kesalahannya, ia harus dihukum mati. Hidup wanita sangat
terbelengu. Bahkan ketika haid mereka harus diisolasikan ke tempat yang jauh di
luar kota dan tidak seorangpun boleh bergaul dengannya, selain pelayan yang
menyediakan makanan untuknya.
Dan masih banyak sekali peradaban-peradaban yang sangat
menindas hak-hak kaum wanita. Yang jika saya jelaskan satu-satu, akan panjang
ceritanya yang mungkin membuat para membaca bosan menyimak tulisan saya ini.
hihi.
Mungkin saya jelaskan beberapa point pentingnya saja. di
peradaban Cina kuno saat itu, wanita dianggap sebagai makhluk rendah yang hanya
akan merusak kebahagiaan dan kekayaan. Di perabadan India saat itu, wanita
dianggap sumber dosa, sumber kerusakan akhlak, dan pangkal kehancuran jiwa. Oleh karena itu mereka melarang wanita mempunyai hak-hak kebendaan dan warisan. Bahkan wanita tidak mempunyai hak hidup setengah kematian suaminya. Setiap
wanita harus ikut dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya di atas kobaran
api yang sama.
Sedangkan di masa Arab Jahiliyyah pada saat itu, wanita berada ditingkat sangat rendah dan hina. bahkan saking rendah dan hinanya, wanita pada saat itu diletakkan pada derajat yang tidak selayaknya bagi manusia. Semua hak mereka dihapus, termasuk hak mengemukakan pendapat yang berhubungan dengan kepentingan hidup mereka sekalipun. Mereka tidak boleh menerima harta warisan, karena dalam tradisi mereka, orang yang berhak mendapat warisan hanyalah mereka yang sanggup berperang dan mampu melindungi anak-anaknya. Wanita tidak mempunyai hak untuk menolak atau sekedar memberi saran dalam urusan pernikahannya.
Sedangkan di masa Arab Jahiliyyah pada saat itu, wanita berada ditingkat sangat rendah dan hina. bahkan saking rendah dan hinanya, wanita pada saat itu diletakkan pada derajat yang tidak selayaknya bagi manusia. Semua hak mereka dihapus, termasuk hak mengemukakan pendapat yang berhubungan dengan kepentingan hidup mereka sekalipun. Mereka tidak boleh menerima harta warisan, karena dalam tradisi mereka, orang yang berhak mendapat warisan hanyalah mereka yang sanggup berperang dan mampu melindungi anak-anaknya. Wanita tidak mempunyai hak untuk menolak atau sekedar memberi saran dalam urusan pernikahannya.
Sungguh ironi, hidup wanita kala itu; tertindas, terbelengu oleh
aturan-aturan yang mendiskriminasi mereka. Namun setelah Islam datang, semua
aturan itu tidak berlaku lagi. Wanita berada ditingkat yang paling mulia. Hidup
mereka dihargai. Berbahagialah kita saat ini, mendapat perlakuan yang begitu special.
Saking istimewanya , yang bukan mahram kitapun dilarang untuk menyentuh kita sembarang,
itu semata-mata untuk menjaga kita juga.
Sungguh besar keberkahan dan kenikmatan yang Allah berikan
kepada kita. lantas, kenapa kita tidak mensyukurinya? Marilah kita sejenak
renungi, hayati keberkahan yang Allah telah berikan kepada kita. Semoga kita selalu
berada di jalan Allah yang penuh kebaikan ini dan senantiasa diistiqomahkan pada
jalan-Nya.aamiin
Wassalamu’alaikum
Siti Sarah Hanifah
Karawang, 30 Agustus 2015. Pukul; 10.59 am
Tidak ada komentar
Posting Komentar